Andini Surya Rezki S, Calon Novelis dari SMA Negeri 3 Makassar
CATATAN LITERASI - CATATAN RK
"Tabe Daeng, ini karya perdana anakku. Dia kirimkan untuk saya. Dia tulis dalam tempo kurang lebih satu minggu. Baru berumur 17 tahun," tulis Syahril Ramli Rani melalui pesan WhatsApp kepada Rusdin Tompo, penulis dan pegiat literasi.
Penulis sanja Mangkasara itu terlihat senang dan bangga ketika mengabarkan tentang potensi anaknya: Andini Surya Rezki. S, kelahiran Makassar, 27 Februari 2006. Setelah mengetahui anaknya bisa menulis, Syahril menyemangati anaknya. Katanya, lanjut ki latihan menulis, Nak.
"Tolong kita tulis sediki apresiasi ta di WA, sebagai motivasi. Nanti saya perlihatkan ki," lanjut Syahril dalam obrolan via WA, Jumat, 10 Maret 2023.
Malam itu, sudah pukul 22.03 wita. Syahril, yang lama aktif berkesenian sebagai pemain teater dan pernah main sinetron TVRI, terus bercerita tentang anaknya, Andini. Dia mengaku heran, anaknya bisa menulis. Kalau malam, anaknya mengambil laptop dan menulis di kamarnya. Namun diakui, masih banyak salah ketik dalam novel anaknya. Dia sudah menyampaikan hal itu, dan anaknya menyanggupi untuk memperbaikinya.
"Insya Allah, kalau sudah mi ujian, nanti saya pertemukan dengan kita. Siapa tahu bisa berkembang," kata lelaki yang punya nama panggung, Syahril Patakaki itu.
Rupanya, pertemuan Andini dengan Rusdin Tompo, akhirnya terjadi. Malah lebih cepat dari rencana semula. Pada saat acara Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus Studi Teater Tambora di Baruga Anging Mamiri, Rumah Jabatan Walikota Makassar, Minggu, 12 Maret 2023, Syahril datang bersama Andini. Anak itu langsung diajak ngobrol oleh Rusdin Tompo, Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Provinsi Sulawesi Selatan, begitu tahu gadis berhijab itu adalah Andini, si penulis novel.
Andini merupakan anak tunggal dari pasangan Syahril Ramli Rani dan Nur Rahma (almarhumah). Dia bercerita, belum lama mencoba menulis. Itupun karena tugas pembuatan novel oleh gurunya. Andini merupakan siswi kelas XII MIPA 1, SMA Negeri 3 Makassar.
"Saya pernah ingin membuat novel pada saat kelas 9 SMP dan kelas 10 SMA. Itu karena teman-teman saya ada yang suka menulis cerita di sebuah aplikasi novel," terang Andini.
Dia kemudian juga mencoba membuat novel tetapi cerita tersebut tidak selesai dan tidak tersusun. Baru kali ini, lewat novel berjudul "Were Twins?" dia berhasil merampungkan tulisannya. Ketika ditanya, mengapa bisa selesai? Jawabnya lugas, karena tugas sekolah.
Guru Bahasa Indonesia, Ratna Wati Latief, punya peran dalam tugas tersebut. Bu Ratna, jelasnya, mengajarkan dasar-dasar pembuatan novel; dari langkah-langkah, membuat novel, jenis dan unsur alur novel, unsur kebahasaan, penokohan, nilai-nilai, sudut pandang, amanat dan pesan, serta unsur pembangun novel.
Ide menulis novel, katanya, muncul di kepalanya sendiri dan mendapatkan sedikit inspirasi dari film yang telah dia tonton setahun lalu. Dia mengaku senang, bahagia, dan lega. Merasa hebat juga karena bisa membuat novel.
Setelah novel pertamanya itu, ada keinginan Andini untuk menulis novel lagi. Itu jika ada waktu luang atau ada ide novel yang terpikirkan lagi. Diakui bahwa dia suka membaca novel jenis romance, mystery, inspiration, adventure, dan comedy (teenlit & chicklit).
"Sejauh ini belum ada penulis novel favorit. Karena saya membaca novel secara opsional," jawab Andini, ketika ditanya siapa penulis novel idolanya.
Anwar Nasyaruddin, seorang penulis/editor sejumlah buku, menyebut karya Andini ini sebagai novelet bukan novel. Disebut novelet karena ceritanya tidak panjang, lebih panjang dari cerpen tapi lebih pendek dari novel. Anwar Nasyaruddin yang aktif di beberapa komunitas dan forum sastra juga menyebut karya Andini sebagai picisan. Karena tema dan alur ceritanya sangat sederhana, mudah ditebak endingnya dan temanya tidak filosofis
Novel atau novelet Andini, setebal 88 halaman. Ceritanya tentang anak kembar bernama Azalia Cyra Daneen Barack (Aca) dan Alesha Cyra Daneen Barack (Eca). Dalam hidup gadis kembar ini, datang pria bernama Rakha Aditya Azra Geraldy, yang merasa kasihan pada keduanya. Rakha jatuh cinta pada Aca saat pandangan pertama, yang membuat hidup Aca makin berwarna.
Andini memberi alasan, dialog dalam novelnya beberapa di antaranya menggunakan bahasa Inggris, lantaran salah satu tokoh dalam novel itu pindahan dari luar negeri. Penggunaan bahasa asing dalam novelnya, menurutnya, juga sesuai dengan gaya komunikasi anak sekarang yang suka menyelipkan bahasa Inggris dalam pergaulannya.
Dalam pertemuan singkat itu, Rusdin Tompo mengingatkan agar Andini menjaga orisinalitas karyanya. Menurutnya, keaslian sebuah karya itulah kebanggan bagi penulisnya. Tak cuma penulis, juga bagi seorang pencipta lagu, pelukis dan para seniman lainnya. Perlu kejujuran dalam berkarya.
"Jangan menciplak, kalau menulis," imbuh Rusdin, menggunakan istilah anak sekolah agar lebih mudah dipahami
0 Komentar